Minggu, 12 Juni 2011

Selayang Pandang

 
                                                   GAMBARAN UMUM
  
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan propinsi terkecil kedua setelah propinsi DKI Jakarta dan terletak di tengah pulau jawa, dikelilingi oleh propinsi Jawa Tengah dan termasuk zona tengah bagian selatan dari formasi geologi pulau Jawa.    Di sebelah selatan propinsi ini terdapat garis pantai sepanjang 110 km berbatasan dengan samudera Indonesia, disebelah utara menjulang gunung api Merapi (± 2.968 m ), salah satu dari gunung yang paling aktif didunia. Luas keseluruhan propinsi Yogyakarta adalah 3.185,8 km² dan kurang lebih 0,15% luas daratn Indonesia. Disebelah barat mengalir sungai Progo, yang berawal dari Jawa Tengah, dan sungai Opak disebelah timur yang bersumber di puncak gunung Merapi yang bermuara di laut Jawa sebelah selatan, Ibukota propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Yogyakarta.
Kota-kota lainnya adalah Bantul, Wates, Sleman dan Wonosari. Secara administratif DIY dibagi dalam satu kota dan empat kabupaten, dimana kota Yogyakarta membentuk kesatuan admistrasi sendiri. Jarak ke ibukota Negara Jakarta, adalah 600 km kota-kota besar yang paling dekat adalah Semarang di Jawa Tengah (120 km) dan Surabaya di Jawa Timur (320 km).
Kota Yogyakarta terletak di pusat propinsi dengan tanahnya yang rendah dan datar, yang dikelilingi oleh barisan disebelah barat, tenggara dan oleh gunung Merapi di sebelah utara. Gunung-gunung diselatan, terutama di kabupaten Gunung Kidul, mencapai ketinggian sampai 700 m dan menutupi kurang lebih 1/3 dari keseluruhan luas DIY. Gunung-gunung kabupaten Kulonprogo (600m) membatasi propinsi Yogyakarta dibagian barat. Faktor-faktor cuaca menyebabkan iklim tropis sepanjang tahun dengan suhu rata-rata tetap, yaitu dari 25ºC sampai 32ºC, dan di tempat-tempat yang lebih tinggi suhunya lebih dingin kelembaban udara tergantung pada musim. Pada umumnya berkisar pada 84%, musim hujan dimulai pada bulan Oktober dan biasanya berakhir pada bulan Maret. Musim kemarau berlangsung dari bulan April sampai bulan September. Jumlah hujan dalam jangka waktu satu tahun mencapai 1.750 m, intensitas tertinggi terjadi pada bulan Januari sampai Maret, dimana curah hujan perbulan mencapai lebih dari 300 mm setiap m². selama musim kemarau angin muson bertiup dari timur dan hujan turun sampai 3 mm setiap m².  Moda transportasi  terintegrasi di Bandara Adisutjipto bisa disebut Multi Moda yaitu Pesawat Udara, Damri, Trans Jogja, Kereta Api, Taksi Rajawali (PrimkopauII), Cipaganti dan  Adipura Trans.

SEJARAH BANDAR  UDARA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA
 Sejarah pangkalan udara utama Adisutjipto, tidak lepas dari rangkaian sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dan terkait pula dengan sejarah perjuangan Angkatan Udara RI. Lapangan terbang ini dibuat oleh pemerintah Belanda tahun 1938 dan selesai tahun 1940 dan dipergunakan untuk operasional pesawat-pesawat belanda seperti DC-47, Bomber B-25 Glenmartin, Jogers dan Sport Vliegtuig dari penerbangan sipil. Di samping itu juga digunakan untuk melatih penerbang-penerbang Belanda Luchtvaart Afdeeling dari Militaire Luchtvaart.

PERIODE 1938-1942
Pangkalan udara Maguwo dipergunakan oleh Militaire Luchtvaart pada tahun 1942 dan dibangun sejak tahun 1940 setelah rekapitulasi Belanda-Jepang maka pangkalan udara ini digunakan sebagai basis militer. Pada bulan Maret 1942 ketika Jepang berhasil mengalahkan Belanda yang ada di Indonesia, maka Pangkalan Udara Maguwo (terletak 8 kilometer dengan ketinggian 131m dari permukaan laut) ini berada dalam kekuasaan tentara Jepang. Mulai saat itulah dilakukan pembangunan atau perbaikan lapangan terbang untuk digunakan operasional pesawat-pesawat Jepang. Kemudian digunakan sekutu. Kekalahan akan basis pendidikan dibawah Komandan Penerbangan Angkatan Laut Jepang, Surabaya.

PERIODE 1942-1945
Pada bulan agustus 1945 tentara Jepang dapat dikalahkan oleh tentara sekutu. Kekalahan itu memberikan inspirasi bagi anggota BKR (Badan Keamanan Rakyat) untuk mengadakan perebutan senjata ke Lapangan Terbang Maguwo yang masih diduduki oleh tentara Jepang. Keberanian para pemuda ini membuahkan hasil yaitu pada bulan November 1945 lapangan terbang beserta fasilitasnya dapat dikuasai oleh BKR Yogyakarta Timur yang dipimpin oleh Bapak Umar Slamet. Saat itulah lapangan terbang ini digunakan untuk operasional pesawat-pesawat AURI, antara lain Catalina, Cureng, Nishikoreng serta untuk latihan terbang bagi Kadet sekolah penerbang di Maguwo yang dipimpin oleh Agustinus Adisutjipto.
Pada 17 Desember 1945 Komandan Divisi IX Yogyakarta menyerahkan wewenang dan penguasaan pangkalan Udara Maguwo kepada MBO beserta pilot-pilotnya. Sejak saat itu pangkalan udara Maguwo diurus oleh Bangsa Indonesia yang minimal memiliki pengalaman dalam hal pekerjaan dibidang penerbangan dan mereka pernah mendapat didikan pada Militaire Luchtvaart. Pekerjaan berat itu dipelopori Agustinus Adisutjipto. Perbaikan-perbaikan, perawatan dan dan perombakan terhadap pesawat-pesawat penunggalan tersebut.

PERIODE 1947-1949
Ketika Belanda melancarkan agresi militer 1 tahun 1947, lapangan terbang Maguwo tidak luput dari serangan-serangan pesawat Belanda. Serangan ini mengakibatkan kerusakan pada landasan. Ulah pesawat-pesawat Belanda tersebut diulangi lagi pada tanggal 23-25 Juli 1947. Hal inilah yang membangkitkan tekad para pemimpin AURI untuk melaksanakan serangan balasan terhadap kedudukan Belanda. Tanggal 29 Juli 1947 dini hari pesawat AURI jenis Cureng dan Guntai yang diterbangkan oleh kadet-kadet AURI bertolak dari Lapangan Terbang Maguwo untuk melaksanakan penyerangan terhadap kedudukan Belanda di Semarang, Salatiga dan Ambarawa. Namun, tanggal 29 Juli 1947 A.Adisutjipto gugur ketika pesawat Dacota VT-CLA yang ditumpanginya ditembak jatuh oleh pesawat P-40 Kitty Hawk Belanda.
Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militernya yang ke-II terhadap ibukota Yogyakarta, dimana lapangan terbang Maguwo menjadi sasaran utamanya. Lapangan terbang Maguwo diserang dengan gencarnya oleh pesawat-pesawat  Belanda yang disusul dengan penerjunan pasukan payung. Prajurit AURI yang dipimpin oleh Kadet Kasmiran melakukan perlawanan dengan sengitnya sampai tetes darah penghabisan. Akhirnya lapangan terbang Maguwo dapat diduduki Belanda dan digunakan sebagai base untuk menguasai kota Yogyakarta. Bulan Juli 1949 setelah Jogja dapat direbut kembali oleh tentara Republik Indonesia, lapangan terbang Maguwo diserahkan kepada Kementerian Perhubungan.

PERIODE 1950-1952
Pada tahun 1950 lapangan terbang Maguwo beserta  fasilitas pendukungnya seperti pembekalan diserahkan kepada AURI. Dengan adanya pertumbuhan dan perubahan pemerintahan pangkalan udara Maguwo mengalami perubahan nama yang disesuaikan dengan dinamika fungsi dan peranan TNI AU. Berdasarkan keputusan Kepala Staf Angkatan Udara No. 76 Tahun 1952 Tanggal 17 Agustus 1952 nama pangkalan udara Maguwo diubah menjadi pangkalan udara Adisutjipto karena Marskal Muda (Anumerta) TNI A.Adisutjipto telah berjasa besar dalam memperjuangkan agar tetap tegaknya eksistensi TNI AU.

PERIODE 1959-1977
Semenjak tahun 1959 Bandara Adisutjipto dijadikan untuk Akademi Angkatan Udara (AAU) Republik Indonesia. Tahun 1964 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan keputusannya dan atas persetujuan Angkatan Udara Indonesia,  Pelabuhan Udara Adisutjipto Yogyakarta menjadi pelabuhan udara Gabungan Sipil dan Militer.
            Pada tahun 1972 dilakukan perluasan Terminal Sipil yang pertama dengan adanya peralatan untuk mengetahui jarak maksimum pada posisi ketinggian tertentu atau alat bantu pendaratan (VASI), Approach Light (ALS) dan Radio Beacon.  Selanjutnya pada tahun 1977 dilakukan perluasan terminal lagi karena volume penerbangan makin meningkat.



SPESIFIKASI BANDAR UDARA
1
NAMA
Bandara           :ADISUTJIPTO (Bandar udara Internasional)
Telepon           : (0274) 498261, 498266
Facsilimilie       : (0274) 560155
Alamat            : Jl. Raya Solo Km.9, Yogyakarta – 55282
                        Jl. A.A. Maramis, Manado
Email               : jog@angkasapura1.co.id
2
KLASIFIKASI BANDARA
Kelas IB
3
LOKASI BANDARA
LUAS BANDARA
07º47’12”LS - 110º25’55”BT
18 Ha
4
ELEVASI
350 Feet /106
5
KODE ICAO / IATA
WARJ/JOG
6
JAM OPERASI
15 Jam (06.00 – 21.00 WITA / 23.00 – 14.00 UTC)
7
JARAK DARI KOTA
9 Km (Kota Jogjakarta)
8
RUNWAY
Arah                         : 09-27
Dimensi                     : 2.200 x 45 m²
PCN                          : 74/F/B/X/T
Pesawat Maximum     : B-737, A-319, A-320 /F-100
9
TAXIWAY
Total Luas                 : 3.575 m²
PCN                           : 41 /F/B/X/T
10
APRON
Flexible Apron          : 13.561 m²
Rigid Apron               : 14.246 m²
Kapasitas                  : 8 pesawat
PCN                          : 41/F/B/X/T
Konfigurasi Apron
Type
Pesawat
Posisi Parking Stand


Alt. 1
Alt. 2
Alt. 3
Wide Big Body
B-747
0
0
0
Wide Body
A-300/
DC-10/D-11
0
0
0
Narrow Body
B-737/
A-319,320/
F-100
8
0
0
Others
CASSA-212
0
0
0
Jumlah

8
0
0
Helicopter

0
0
0
11
TERMINAL
Terminal Penumpang :
Internasional             : - Luas                : 1.081 m²
                                    - Kapasitas        : 91.287 pax pertahun
                                    - PHP                 : 246 pax
                                    - Kapasitas PHP : 24.29%
Domestik                   : - Luas                : 8.184 m²
                                    - Kapasitas        : 2.700.154 pax/tahun
                                    - PHP                 : 1.590 pax
                                    - Kapasitas PHP : 34,19%

Terminal Kargo       :
Cargo Internasional    : 384 m²
12
HANGGAR
Tidak Tersedia
13
TELEKOMUNIKASI PENERBANGAN
VHF Ground Control, VHF ADC, VHF APP/TMA, VHF ATIS, Reproducer ATIS, HF SSB, VHF Portable receiver, VHF Radio
Link, AMSC, Terminal AFTN/Teleprinter, Voice Recording
System, rpeater
14
NAVIGASI UDARA
NDB,DVOR,DME,ILS,PSR,SSR/MSSR,RDPS,FDPS,2Kx2K
DISPLAY RADAR
15
PKP-PK
Tersedia                : CAT – VII
Jumlah Armada      : 9 Unit
Konfigurasi            : - Crash Car         3 Unit
                                - Rescue Car       2 Unit
                                - Commando Car  1 Unit
                                - Utility Car        3 Unit
Ambulance              : 2 Unit
Rescue Boat            : Tidak Tersedia
Salvage                   : Tidak Tersedia
16
AIR FIELD LIGHTING
Approach light-R/W 09 (PALS), R/W 27 (MALS), Runway Lght, Runway Edge Lighting, PAPI –R/W 09, R/W 27, REILS, SQFL, Taxiway Light, Apron Flood Light, Rotating Beacon, Signal Area-Landing T, Wind Stock.
17
POWER SUPPLY
PLN : 1.110 KVA
Genset : 2.100 KVA
18
DEEP WELL
Deep Well, Submersible Pump, PDAM
19
PERALATAN MEKANIKAL
Timbangan, Elevator, AC, Conveyor, Gravity Roller, Garbarata, Escalator, Elevator, AC
20
FASILITAS PENGAMAN
X-Ray Baggage, X-Ray Cabin, Walk Through, Explosive Detector, Explosive Analyzer Handy Metal Detector, Security CCTV
21
LAPANGAN PARKIR
Terminal Domestik : 2.933 m²
Cargo Domestik      : 772 m²
Kapasitas                : 420 Mobil
                               : 700 Sepeda motor
22
PERALATAN GSE
Luas                       : 1.520 m²
23
PELAYANAN METEO
Pengamatan : ADA (TNI-AU)
Prakiraan     : ADA (TNI-AU)
24
FASILITAS CIQ
Bea & Cukai : Tersedia (On Call)
Imigrasi      : Tersedia (On Call), Visa On Arrival
Karantina    : Kesehatan, Hewan, Tumbuhan & Ikan
(On Call)
25
TRANSPORTASI DARAT
Taxi, Bus Damri, Transjogja, Kereta Api
(Prambanan Express)
26
PELAYANAN
Bank, ATM, Telephone Umum, Restaurant &
Kafetaria, Kantor Pos, Personal Agen,
27
FASILITAS PENUNJANG LAIN
Perkantoran, Gedung VIP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar